Selasa, 30 Juni 2015

Yakinkah Sudah benar pada siapakah yang pantas kamu cintai yaa Ukhty?

       Assalaamu'alaikum
Postingan kali ini tentang Cinta, mengingatkan kita untuk hati - hati terhadap
apa
 dan siapa yang kita cintai.

 **waktu mau makan ingat kamu, waktu bercermin ingat kamu, waktu mau
belajar
 ingat kamu, waktu mau tidur ingat kamu,......**
 ( kalo nggak salah dina mariana yang nyanyi, betul nggak Mas Gugah )

 Demikianlah kira-kira bunyi sebuah syair lagu (kalau nggak salah) yang
 pernah ngetrend. Lagu itu memang bertema cinta. Cinta suci katanya.
 Eit... tapi tunggu dulu apa benar cinta suci, apa benar cinta sejati. Atau
 sekedar cinta syahwati.

 Cinta adalah karunia Allah. Bahkan Allah menciptakan alam semesta ini
karena
 cintaNya. Karenanya alam dan dunia ini adalah lautan cinta.

 Cinta itu suka atau senang. Cinta itu keinginan untuk memberi, demikian
kata
 orang. Tapi bila mendengar kata cinta, yang muncul di otak adalah pacar.
 Inilah kesalahan kebanyakan orang dalam mengartikan cinta. Cinta yang
mereka
 kenal adalah cinta syahwati. Apa memang sedemikian rendah nilai cinta.

 Cinta memang mempunyai kekuatan yang luar biasa. Dan kekuatan cinta mampu
 membikin pribadi yang nekat atau pribadi yang taat. Nekat dalam arti
berani
 melanggar aturan-aturan dari Allah. Sehingga sampai-sampai bilang,"Khan
 cuma-pegang-pegangan tangan." Na'udzubillah min dzalik.

 Kalau bicara masalah cinta memang tak kan habis-habis. Namun berapapun
 banyaknya nuansa cinta, sebenarnya hanya ada dua versi cinta, yaitu cinta
 imani (cinta robbani), adalah cinta yang berlandaskan kepada keimanan, dan
 cinta syahwati, cinta yang berlandaskan pada hawa nafsu yang ditunggangi
 oleh syaithon laknatullah.

 Cinta imani inilah sesungguhnya yang merupakan cinta sejati. Tapi
pengertian
 ini telah diputar balik, sehingga cinta syahwati dianggap sebagai cinta
suci
 yang harus diperjuangkan sampai tetes darah penghabisan, dengan bunuh diri
 misalnya.

 Mahabbah (kecintaan) seorang mu*min adalah harus berlandaskan keimanan.
Dan
 kecintaan tertinggi adalah kecintaan kepada Allah (mahabbatullah).
 Kecintaan kepada Allah adalah mutlak dan di atas segala-galanya. Sedangkan
 bagi orang kafir sudah jelas cintanya adalah cinta syahwati.

 Tanda-tanda Cinta.

 Cinta secara umum mempunyai tanda-tanda dan gejala-gejala yang sama.
1).
 adalah banyak mengingat (pada yang dicintai). Sebagaimana syair lagu di
 atas, hatinya selalu teringat dan terkenang kepada yang dicintai. Di
 mana-mana pun pokoknya ingat deh. Apabila suatu saat secara tiba-tiba
 disebutkan nama yang kita cintai, maka hati kita tersentak.
 Hati kita deg-deg sir,"Ada apa ini." Demikian pula bila kita mendapatkan
 surat dari yang kita cintai. Maka bagi seorang mukmin karena kecintaan
 kepada Allah adalah yang tertinggi, bila disebut namaNya, gemetarlah
hatinya
 dan jika dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah imannya. (QS Al Anfal ayat
2).

 Tanda yang kedua adalah takjub dan kagum (kepada yang dicintai).
 Kalau sudah cinta katanya hidung pesek jadi mancung. Atau bahkan tahi
 kambing dirasa coklat, ucap seorang penyanyi.. Karena begitu kagumnya
kepada
 yang dicintai. Bagi cinta yang dilandasi syahwat, kekaguman nya bersifat
 sementara dan tidak membekas dalam hati, karena manusia mempunyai rasa
 selalu tidak puas. Maka tepatlah petunjuk Rasulullah SAW, bila mencari
 istri, pilihlah karena agamanya sebagai prioritas utama, bukan cantiknya,
 bukan kayanya, bukan kebangsawanannya.

 Kekaguman karena iman akan memberikan hal yang berbeda, ia akan membekas
 dalam hati. Apalagi kekaguman akan kebesaran dan kekuasaan Allah.

 "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
 dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan
 bumi (seraya berkata): Ya Rabb kami,tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
 sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS
Ali
 Imran ayat 191).

 Yang ketiga dan keempat adalah ridlo (rela) dan pengorbanan.
 Seorang mu'min karena cintanya yang sangat kepada Allah, ia akan rela
 mengorbankan segalanya demi mencapai keridloan Sang Pemberi cinta, Allah
 SWT. Kalau cinta syahwati, keridloannya pun bersifat untuk memenuhi hawa
 nafsunya saja. Karena jabatan mau saja menyembah-nyembah atasan. Karena
 ridlo dengan si dia sampai-sampai mengorbankan kehormatannya. Atau SPP
 amblas, sehingga orang tua yang kalang kabut.

 Kecintaan kepada sesuatu dengan tanda-tandanya di atas akan melahirkan
rasa
 takut dan harap serta suatu ketaatan. Ini merupakan hal yang wajar dan
 logis. Karena mencintainya, kita takut kehilangan, atau kawatir cinta kita
 diterima apa nggak. Dan kita mengharapkan selalu dekat dengan yang kita
 cintai. Otomatis supaya kekawatiran kita tidak terjadi dan harapan kita
 terpenuhi, kita taat kepada yang kita cintai.

 Jika dibilang,"Kalau cinta, traktir dong..." kemudian ia mentraktir dengan
 uang SPP nya, maka ini adalah salah satu bentuk ketaatan. Tentu saja
bentuk
 pengorbanannya adalah uang SPP. Demikian pula bila diajak nonton film di
 bioskop, padahal yang ngajak itu orang lain, kemudian mau, juga merupakan
 ketaatan. Ketaatan yang salah. Ketaatan yang sesat.

 Kecintaan yang haq (yang berlandaskan iman) akan melahirkan ketakutan,
 pengharapan dan ketaatan hanya kepadaNya. Meskipun memiliki tanda-tanda
yang
 sama, tetap saja antara cinta imani dan cinta syahwati adalah bertolak
 belakang. Karena yang satu haq dan yang lain bathil.


 Prioritas dan Peringkat-peringkat cinta.

 Dalam cinta pun ada skala prioritas seperti halnya membelanjakan uang. Ada
 seseorang yang tidak punya baju sama sekali, kemudian ia tidak membeli
baju
 tapi malahan membeli sepeda. Suatu hari ia bersepeda tanpa pakaian. Tentu
 saja orang-orang berkata,"Orang itu sudah sinthing. Mbok ya beli baju
dulu."


 Demikianlah kita harus punya prioritas cinta, supaya tidak dibilang
 sinthing. Untuk itu kita harus mengenal apa yang disebut maratibul
mahabbah
 (peringkat-peringkat cinta). Dengan memahami peringkat-peringkat cinta ini
 mudah-mudahan kita tidak terjerumus dalam syirik cinta.

 Peringkat pertama adalah tatayyum.
 Yaitu cinta yang melahirkan sikap untuk menghamba secara mutlak dan
 melakukan pengorbanan sampai tetes darah penghabisan. Ini adalah kecintaan
 tertinggi dan hanya kita berikan kepada Allah Rabbul 'alamin. Seorang
mukmin
 amat sangat cintanya kepada Allah. (QS Al Baqarah ayat 165).

 Peringkat kedua adalah 'isyq.
 Yaitu cinta yang melahirkan ketundukkan terhadap segala perintah dan
 larangannya, membangkitkan sikap hormat yang tinggi, mengikuti dan
 membelanya. Kecintaan seperti ini adalah hak Rasulullah. Namun 'isyq tidak
 mendorong seseorang menjadi hamba Muhammad. Inilah yang membedakan dengan
 tatayyum.

 Peringkat ketiga adalah syauq (kerinduan).
 Yaitu cinta yang membuahkan mawaddah wa rahmah (kasih sayang), menjadi
 perekat yang kuat dalam membangun ummat. Ini adalah cinta antara mu*min
 dengan mu*min lainnya,
 antara orang tua dengan anak, antara suami dengan istri, dengan saudara
yang
 mukmin.

 Peringkat keempat adalah shababah. Ditujukan kepada sesama muslim yang
akan
 melahirkan ukhuwah (persaudaraan).

 Peringkat kelima adalah 'ithf (simpati). Ditujukan kepada sesama manusia.
 Rasa simpati mendorong seorang mu'min untuk menolong manusia ke jalan yang
 benar (dakwah). Bila hilang rasa simpati, seseorang menjadi cuek, tak
peduli
 dengan kerusakan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

 Peringkat keenam dan yang paling sederhana adalah 'alaqah. yaitu kecintaan
 kepada selain yang di atas, harta benda misalnya. Islam membenarkan cinta
 ini dalam bentuk intifa' (memanfaatkan, mendayagunakan). Cinta pada harta
 benda yang berlebihan membahayakan manusia sendiri. Para salafusshalih
 berdoa kepada Allah agar jangan sampai dunia menempati hati mereka, cukup
di
 tangan saja. Artinya jangan sampai dunia yang menguasai mereka tapi mereka
 yang menguasai dunia.

 Jadi kecintaan tertinggi seorang mukmin adalah untuk Allah, kemudian
 Rasulullah dan jihad di jalan Allah. Baru setelah itu kepada orang tua,
 saudara yang mukmin, suami atau istri, anak dan seterusnya.

 "Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,
 kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
 kawatiri kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
 lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di
 jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah
 tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik."(QS At Taubah ayat 24).

 Memang manusia secara naluriah mempunyai rasa cinta kepada lawan jenis,
 anak-anak, harta benda, seperti Firman Allah dalam QS Ali Imran ayat 14.
 "Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang
 diingini yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas,
 perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang."

 Namun hal itu bukanlah legitimasi untuk menjadikan cinta syahwati sebagai
 yang dipuja sedemikian rupa. Karena Allah telah menentukan
batasan-batasan.
 Kecintaan tertinggi adalah untuk Allah, maka kecintaan kita kepada sesuatu
 adalah karena kecintaan kita kepada Allah. Maksudnya sesuai dengan
 atura-aturan dari Allah. Kita boleh mencintai lawan jenis, tapi caranya
 adalah yang sesuai dengan aturan Allah, yaitu setelah menikah, bukan
 pacaran. Model pacaran itu bukan dari Allah, tapi dari
 syaithon laknatullah.

 Jika kita lihat dalam realitas, banyak orang masih menempatkan kecintaan
 tidak pada tempatnya. Ada yang menempatkan cinta tertinggi untuk sesuatu
 selain Allah. Entah harta atau yang lain-lain. Mereka lebih mencintai
dunia
 daripada akherat. Inilah sikap orang yang buta cinta. karena buta cinta
 dunia menjadi tuan, kekasih menjadi pujaan. Menjadi ilah-ilah yang lain.

 Kelaziman Cinta.

 Ibnu Taimiyah berkata,"Mencintai apa yang dicintai kekasih adalah
 kesempurnaan dari cinta pada kekasih."

 Apa yang dikatakan Ibnu Taimiyah inilah yang disebut kelaziman cinta,
 lumrahnya sesorang kepada yang dicintainya. Lumrahnya seseorang kepada
yang
 dicintai adalah mencintai siapa-siapa dan apa apa yang dicintai kekasih.
Dan
 membenci siapa-siapa dan apa-apa yang dibenci kekasih.

 Jika Allah mencintai nabi dan RasulNya, kita pun harus mencintai mereka.
 Allah mencintai orang- orang yang beriman, amal sholeh, akhlaqul karimah,
 maka demikian pula seharusnya dengan kita.

 Allah mencintai kebersihan. Bagaimana kita bisa disebut cinta kepada Allah
 kalau kita tidak menyukai dan menjaga kebersihan. Allah membenci
orang-orang
 kafir, munafiq maka kita pun demikian. Allah membenci perbuatan tercela,
 seperti zina, memperturutkan hawa nafsu, berjudi, mabuk, korupsi maka kita
 wajib menjauh perbuatan-perbuatan semacam ini.

 Aljabar Cinta.

 Aljabar atau perhitungan cinta tidak sama dengan aljabar dalam pelajaran
 matematika kita. Kalau dalam matematika yang kita pelajari 100 dibagi 2
sama
 dengan 50.

 Dalam aljabar cinta tidak begitu. Bila kita mencintai Allah, Rasul dan
jihad
 bukan berarti untuk Allah 70%, untuk Rasulullah 20% dan seterusnya. Sama
 sekali bukan.

 Kecintaan seorang mukmin kepada Allah adalah mutlak. Kecintaan kepada yang
 lain tidak mengurangi kecintaan kita kepada Allah. Karena pada dasarnya
 kecintaan kepada yang lain bagi seorang mu*min adalah karena kecintaannya
 kepada Allah.

 Mulai sekarang kita harus tahu mana cinta imani dan mana cinya syahwati.
 Maka jangan sampai salah menempatkan cinta. Sehingga syair lagu di atas
 seharusnya "waktu mau makan ingat Allah, waktu bercermin ingat Allah,
waktu
 mau belajar ingat Allah, waktu mau tidur ingat Allah..," dengan doa-doa
yang
 diajarkan Rasulullah SAW.

 Wallahu a'lam.


 Maroji': Majalah Ummi; Al Islam, Said Hawwa; Jundullah, Said Hawwa;
 Kuliah Tauhid, Muh. Immadudin.

0 komentar:

Posting Komentar